Minggu, 29 November 2009

Perubahan Perilaku dan Metode setelah Promosi Kesehatan

Perubahan Prilaku dan Metode yang di Gunakanndalam Pro Kes

Konsep Perubahan Perilaku dan Determinannya
Skinner, mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara peransang (stimulus) dan tanggapan (respon). Secara operasional perilaku diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap rangsangan (stimlus) dari luar subjek.
Menurut Bloom, membagi perilaku manusia kedalam 3 domain (ranah) yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut diukur melalui : pengetahuan (knowledge) sikap/tanggapan (attitude) dan praktek (practical).
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang malakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan merupkan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Menurut Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
a. Tahu (know) artinya mengingat kembali suatu materi (Recall) yang telah dipelajari.
b. Memahami (comprehension) artinya kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.
c. Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya.
d. Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen yang masih dalam suatu struktur organisasi.
e. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
f. Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur.
2. Sikap
Menurut Likert (Azwar, 1995) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap satu objek perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable).
Menurut Notoatmodjo orang mau menerima dan memperhatikan tingkatan, antara lain:
a. Menerima artinya orang mau menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain suatu masalah.
d. Bertanggungjawab adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju)
3. Praktek atau Tindakan
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan (support). Praktek meliputi beberapa tingkat antara lain :
a. Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
c. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatn responden, atau secara tak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan (Recall).
Faktor-Faktor Perubahan Perilaku
Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Teori “Behavioral Intention theory“ atau Theory of reasoned Action, yang menghubungkan antara keyakinan (beliefs),sikap(attitude),kehendak/intensi (intention), dan perilaku seseorang. Menyatakan bahwa intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku, dan Sikap merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut(outcomes of the behavior). Disamping itu seseorang juga mempertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the outcome). Norma sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting(referent persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
Menurut Mantra (1997), Perilaku ialah respon individu terhadap stimulasi, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perubahan perilaku perlu waktu yang lama dan diperlukan rangsangan untuk merubah perilaku. Rangsangan tersebut meliputi: rangsangan fisik, rangsangan rasional, rangsangan emosional, ketrampilan, jaringan perorangan dan keluarga (Family and personal Network), struktur sosial, biaya ekonomi dan sosial serta perilaku yang bersaing.
Menurut Ewles dan Simnett (1994), promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki, kesehatan mereka.
Menurut Depkesos (2000), promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan lingkungannya. Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan kemandirian, yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian tersebut. Istilah dan pengertian promosi kesehatan merupakan pengembangan dan rangkuman dari Pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, komunikasi, informasi dan edukasi.
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan/memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat, (Dachroni dkk,2000).
Konsep perubahan perilaku menurut L. Green (1980), menyatakan bahawa perilaku seseorang akan berubahan dapat diupayakan melalui usaha-usaha pendidikan kesehatan (health education) dan atau promosi kesehatan. Sedangkan keberhasilan pendidikan kesehatan dan atau promosi kesehatan menurutnya, antara lain dipengaruhi oleh faktor pendukung (predisposing), meliputi aspek pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, paraktek dan kebiasaan, dan dipengaruhi oleh faktor pemudah (enabling), seperti potensi sumber daya masyarakat, keterjangkuan, tersedianya fasilitas kesehatan, dll, serta faktor pendukung (reinforcing), seperti sikap & perilaku petugas kesehatan, dukungan toma, saran keluarga, teman dan bantuan masyarakat.
Ilmu perilaku adalah suatu ilmu multidispliner. Maksudnya pengkajian ilmu perilaku itu menyangkut banyak aspek yang dikaji/ditinjau dari berbagai macam ilmu. Hal ini wajar karena perilaku merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Setidaknya ada tiga kelompok ilmu yang mempelajari perilaku, yaitu ilmu social, antropologi dan psikologi. Objek atau sasaran ilmu perilaku adalah perilaku manusia (human behavior).
Pengertian perilaku menurut Soekidjo & Sarwono, dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap, berpersepsi, dll) untuk memberikan responsi terhadap situasi di luar subjek tersebut. Respon ini dapat bersikap pasif (tanpa tindakan) dan dapat bersifat aktif (tanpa tindakan). Bentuk operasionalisasi dari perilaku dikelompokkan menjadi 3 jenis: 1) Perilaku dalam bentuk Pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar; 2) Perilaku dalam bentuk Sikap, yakni tanggapan bathin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek; 3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkret, berupa perbuatan (action) terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar.
Ahli psikologi social Sears, at.al, (1985), mengemukakan empat pendekatan dalam memahami proses terbentuknya perilaku social, yaitu: 1) Pendekatan Biologis, yang melihat perilaku sebagai karakteristik bawaan atau mekanisme fisiologis, 2) Pendekatan Belajar, yang melihat perilaku sebagai refleksi dari apa yang pernah dipelajari seseorang di masa lalu, 3) pendekatan insentif, yang melihat perilaku sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan dan memperkecil kerugian, 4) Pendekatan Kognitif, yang melihat perilaku sebagai sesuatu yang terutama ditentukan oleh persepsi seseorang terhadap situasi social di sekitarnya.
Ahli antropologi Suparlan (1986), melihat terbentuknya perilaku individu sebagai totalitas atau resultan dari tiga buah komponen internal diri manusia yang secara bersama-sama membentuk perilaku manusia, yaitu: 1) adanya kebutuhan individu pada saat tertentu; 2) adanya upaya individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut; 3) adanya pengethauan kebudayaan yang dimiliki individu sebagai warga negara/masyarakat, yang diperoleh melalui proses belajar dari lingkungannya sejak ia dilahirkan, kemudian secara selektif dipergunakannya sebagai kerangka rujukan untuk menginterprestasikan suatu objek, secara selektif pula dijadikannya acuan untuk bertindak sesuatu terhadap objek tersebut.
Menurut ahli pendidikan, perilaku adalah proses belajar yang menyakitkan, yang mengandung motif atau minat tertentu. Sementara Fishbein & Ajzen (1975), mengemukakan seseorang mempunyai minat untuk berperilaku, tercermin dari hasil analisis sikap dan norma subjektifnya terhadap objek tertentu. Sikap sebagai awal berperilaku belum merupakan tindakan nyata, tetapi merupakan kecendrungan untuk berperilaku.Berdasarkan uraain singkat di atas, penulis mengilustrasikan proses terbentuknya perilaku individu.
Bagan 1.
Proses Pembentukan Perilaku
Sumber: Baderel Munir: Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku, Unisri Pelembang, 2001.
Unsur-Unsur Pembentuk Perilaku
Perilaku seseorang terbentuk melalui dari berbagai unsure-unsur yang bersifat alamiah maupun bersifat non alamiah. Secara skematis unsure-unsur pembentuk perilaku dapat dilihat pada bagan 2:
Bagan 2:
Unsur-Unsur Pembentuk Perilaku
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.

Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Didalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.

Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public).

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Implikasi Perilaku Individu
Perilaku seseorang menurut Kurt Lewin, harus dilihat dalam konteksnya, artinya dalm situasi dan kondisi apa perilaku itu terjadi. Perhatian pada dua konteks ini penting, karena perilaku manusia bukan sekedar respons terhadap stimulan yang diterimanya saja, akan tetapi merupakan produk akhir atau resultan dari berbagai gaya yang mempengaruhinya secara spontan. Lein menyebut gaya-gaya tersebut sebagai ruang hayat (life space), yang terdiri dari semua tujuan, serta semua factor yang disadarinya dan kesadaran dirinya sendiri.
Meminjam istilah dalam matematika, Lewin menjelaskan bahwa perilaku seseorang merupakan fungsi dari kepribadian dan pengaruh lingkungan disekitarnya, yang kemudian di formulasikan dalm bentuk rumus, seperti berikut ini:
B=Behavior, P= Personal, E= Environtment
Perilaku seseorang, pada saat tertentu, merupakan totalitas dari interaksi antara factor personal, yaitu unsure internal yang ada dalam dirinya, seperti nilai-nilai yang diyakininya, tingkat kecerdasan dan sebagainya, dengan factor lingkungan, yaitu unsure eksternal, yang secara psikologis mempengaruhi dirinya, seperti adat-istiadat dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan tata ruang lingkungannya (Rahmat, 1986). Apabila sejumlah individu membawa perilaku dan masing-masing kepribadiannya ke dalam kelompok, maka akan terjadi proses interaksi sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu totalitas kelompok yang mirip medan magnet dalam ilmu fisika
Selanjutnya menurut Lewin ada tiga bentuk kekuatan yang berpengaruh dalam sebuah medan, yang berasal dari seorang aktor, yaitu appreciation, influence dan control (AIC). Ketiga kekuatan tersebut sekaligus mempunyai aktor/individu yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain, menghasilkan suatu totalitas atau resultante gaya, yang realitanya tergambar sebagai perilaku kelompok secara keseluruhan.
Perilaku individu dalam akan terwujud dalam di lingkungan kelompoknya, dalam bentuk:
1. Apreciation (penghargaan): merupakan kekuatan yang bersumber dari hubungan penghargaan dari seorang aktor terhadap lingkungan disekitarnya, terhadap individu yang berpengaruh terhadap tujuannya.
2. Influence (pengaruh): merupakan kekuatan yang bersumber dari adanya pengaruh yang diberikan oleh seorang aktor terhadap lingkungannya.
3. Controll (kontrol): merupakan kekuatan yang bersumber pada kemampuan seseorang aktor untuk mengontrol dan mengendalikan segenap potensi diri dan seluruh sumber daya yang dimilikinya.
Dengan demikian setiap individu dalam kelompok akan memiliki tanggung jawab: 1) kepada dirinya sendiri, berupa daya kontrol, dimana ia bias melakukan pilihan, membuat rencana, melakukan refleksi, serta melakukan tindakan melalui sumber daya yang dimilikinya, 2) kepada individu lain disekitarnya berupa daya pengaruh, melalui suatu bentuk dialog, menyusun strategi dan kebijaksanaan tertentu, 3) kepada kelompok atau lingkungannya berupa daya apresiasi. Kekuatan-kekuatan tersebutlah yang merupakan wujud perilaku individu dalam konteks fungsi perilaku kelompok, yang secara mekanistis membentuk dinamika kelompok.
Wujud perilaku individu di atas sangat dipengaruhi juga oleh karakteristik individu, seperti : 1) Persepsi; 2) Motivasi; 3) Gaya Belajar; dan 4) Inventarisasi Gaya Kepribadian
Dalam konteks kesehatan, implikasi perilaku individu akan secara jelas tergambar pada perilaku dirinya dalam memahami dan mempersepsikan perilaku sehat sebagai bagian dari perilaku hidupnya. Perilaku sehat individu dapat berupa persepsi, pengetahuan, sikap, motivasi, kepedulian, dan perilaku/tindakan kaitannya dengan gaya hidup sehat, seperti personal hygiene, kebiasaan makan, istirahat, olah raga, bekerja, beraktualisasi social, mencari pengalaman baru, beribadat dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku sehat individu akan dimanifestasikan dalam perilaku sehat kelompok, dalam rangka mencapai tujuan sehat dirinya dan kelompok.

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh / mendengarkan penyuluhan kesehatan.

Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor yang lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka harus didekati perorangan. Perorangan disini tidak hanya berarti kepada ibu-ibu yang bersangkutan tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini).

Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :

1.1 Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

1.2 Interview (Wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

2.1 Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :

2.1.1 Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :

2.1.1.1 Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan :
a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound system, dan sebagainya.

2.1.1.2 Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.

2.1.2 Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2.2 Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :

2.2.1 Diskusi Kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.

Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

.Implikasi Perilaku Kelompok
Meskipun pakar sosilogi membedakan antara istilah kerumunan (crowding) dengan kelompok (grouping), namun pakar dinamika kelompok tidak terlalu peduli dengan perbedaan tersebut, seperti definisi Brodbeck & Lewin (1958): kelompok adalah individu-individu yang mempunyai hubungan-hubungan tertentu, yang membuat mereka saling ketergantungan satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna.
Malkolm and Knowles (1975), kualifikasi perilaku berkelompok:
1. Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identifikasi lainnya.
2. Adanya kesadaran kelompok, dimana semua sadar dan berpersepsi mereka adalah bagian dari kelompok dan sementara di luar mereka adalah bukan kelompoknya.
3. Suatu perasaan adanya kesamaan tujuan
4. Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kelompok dan individu
5. Terjadinya interaksi, berkomunikasi dan mempengaruhi dalam melakukan aktifitasnya.
6. Kemampuan untuk berperilaku dengan cara tertentu yang telah disepakati kelompok.
Manusia sebagai individu membutuhkan kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena ia adalah mahluk individu sekaligus mahluk social. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai upaya. Upaya tersebut selalu berpedoman kepada pengetahuan kebudayaan yang dimiliki dan digunakannya untuk mempersepsikan suatu objek yang dihadapinya, dan disertai dengan harapan-harapan teretntu kepada objek, kemudian bertindak sesuatu atau berperilaku terhadap objeknya atas dasar kesepakatan kelompok.
Secara mekanistis, kelompok bisa terbentuk melalui kedekatan (proximity) dan daya tarik (atraction) tertentu. Selain itu adanya kesamaan tujuan dan alasan ekonomi dapat pula sebagai alasan mengapa ia berperilaku dalam kelompok (Gibson, at.al, 1992). Meskipun manusia secara individual mempunyai perbedaan kebutuhan, namun sesungguhnya amnusia memiliki sifat konformitas, kemauan untuk menyesuaikan diri terhadap apa yang diinginkan orang lain, meskipun ia sebenarnya tidak ingin berperilaku demikian. Sifat konformitas ini didasarkan atas rasa takut dicela dari lingkungan kelompoknya.
Bagaimana sekumpulan individu yang semula berbeda, belum saling mengenal, kemudian menjadi sebuah kelompok yang solid dan kohesif, jawabannya adalah adanya rasa saling percaya (trust) diantara mereka. Namun demikian, sekohesif atau sesolid apapun kelompok, kemungkinan terjadi perpecahan kelompok, merupakan fenomena yang menarik dalam perilaku kelompok.
Dalam konteks implikasi perilaku kelompok terhadap kesehatan, pada dasarnya perilaku kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya status kesehatan masyarakat. Perilaku sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan menurut HL. Blum, selain lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan, merupakan realitas yang sudah terbukti. Demikian pula pada perilaku kelompok, efek pengaruhnya justru semakin besar terhadap status kesehatan, karena perilaku sehat kelompok merupakan sekumpulan individu yang sepaham dan sepakat untuk bertindak terhadap sesuatu terhadap objek kesehatan.
Perilaku kelompok dalam kaitannya dengan perilaku sehat, dapat dikelompokkan menjadi: 1) perilaku sehat kelompok temporer, yaitu perilaku dari sekelompok orang terhadap objek kesehatan yang bersifat sementara, dimana bila tujuan kelompok telah tercapai, maka kelompok tersebut membubarkan diri, contoh kelompok ibu hamil yang mengikuti senam hamil atau mengikuti tabulin, JPKM dan lainnya 2) perilaku sehat kelompok permanent, yaitu perilaku kelompok terhadap objek kesehatan yang bersifat “abadi” sesuai dengan kesepakatan atau komitment-nya, sampai tujuannya tercapai. Contohnya keluarga sehat, dimana satu keluarga besar (nuclear family) terdiri dari Kakek, Nenek, Bapak, Ibu dan anak-anaknya bersepakat untuk hidup bersih dan sehat.
Akan tetapi pada kenyataannya, sesungguhnya tidak ada satupun di dunia ini yang permanent, sehingga sering pula kelompok kecil seperti RT pun bisa pecah. Kekompakan maupun keberantakan kelompok sangat dipengaruhi oleh: 1) kepemimpinan yang ada di kelompok, 2) kecocokan anggota-anggotanya, 3) besar kecilnya perhatian anggota terhadap proses yang terjadi dalam kelompok (Malcolm-Konwles, 1975).
Perilaku kelompok merupakan suatu kehidupan yang sangat kompleks dan rumit, seperti halnya manusia, mempunyai proses pertumbuhan, yaitu: tahap bayi, tahap kekanak-kanakan dan tahap dewasa. Dalam setiap tahapan tersebut perlu diperhatikan dimensi perilakunya, diemnsi tugas atau hasilnya, dimensi hubungan pribadi dan dimensi kepemimpinannya. Masing-masing dimensi berimplikasi terhadap perilaku sehat dan kesehatannya masing-masing anggota kelompok.

Menurut Tuckman at.al (1982) fase pertumbuhan kelompok adalah sebagai berikut:
2.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).

Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.

2.2.3 Bola Salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

2.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

2.2.5 Memainkan Peranan (Role Play)

Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

2.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nama sumber.

3. Metode Pendidikan Massa (Public)

Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.

Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar.

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri
kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah
satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah
juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek
Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu.
d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah
juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".

Implikasi Perilaku Massa
Individu-individu yang mempunyai minat yang sama dan merasa saling memiliki membentuk sebuah masyarakat dan individu-individu yang mempunyai ikatan emosional dan ikatan primordial yang sama akan membentuk massa. Di masyarakat orang biasanya mempunyai norma yang sama, sejarah yang sama (atau latar belakang) dan menerima bentuk perilaku tertentu dari sekumpulan individu-individu sebagai bentuk perilaku yang normal bagi semua anggota masyarakat. Perilaku-perilaku dari sekumpulan individu tersebut pada mulanya hanya menjadi perilaku kelompok, kemudian seiring dengan berjalannya waktu, maka perilaku kelompok bertambah individu-individu baru yang mempunyai kesamaan norma, latar belakang budaya, keturunan, ras dan hubungan darah. Pertambahan individu baru tersebut kemudian bertambah banyak dan pada titik tertentu terjadilah kesepakatan dan kesepahaman membentuk perilaku masyarakat (WHO, 1992).
Sama dalam hal proses terbentuknya perilaku masyarakat, maka perilaku massa merupakan sekumpulan perilaku individu-individu yang karena mempunyai latar belakang kesamaan emosional dan ikatan primordial, seperti norma, kepercayaan, kebudayaan, rasa kedaerahan, agama, sedarah (keturunan), dan lainnya, sepakat membentuk perilaku kelompok, kemudian dalam jumlah banyak membentuk perilaku massa.
Perbedaan perilaku masyarakat dengan perilaku massa terletak pada kekuatan ikatan emosional dan primordial tersebut. Perilaku masyarakat cenderung permanen & stabil sesuai dengan keberadaan masyarakat itu sendiri, sedangkan perilaku massa cenderung lebih temporer dan instabil. Contoh perilaku masyarakat dalam membangun rumah, merayakan resepsi pernikahan, menguburkan jenazah, merayakan panen, menghadapi musim kemarau dan lainnya. Sedangkan contoh perilaku massa, antara lain kerumunan massa pada saat kampanye, menonton pertunjukkan sepak bola, mendengarkan khotbah, mengikuti pemilihan lurah, demonstrasi, dan lain sebagainya.
Menurut Wayne (1979), yang melakukan pengkajian terhadap perilaku massa, kaitannya dengan program kesehatan menemukan, bahwa dalam upaya menggerakkan/memobilisasi perilaku massa agar mempraktekan pesan-pesan promosi kesehatan dalam kehidupannya, dapat dilakukan dengan menggunakan 4 pendekatan yaitu :
1. Pendekatan kesesuaian(compatibility approach),
2. Pendekatan pembentukan kebiasaan (habit formation),
3. Pendekatan pengontrolan arus komunikan(control of audience flows),
4. Pendekatan daya penarik massa(mass appeal)
Dalam pendekatan kesesuaian, yang harus diperhatikan adalah “waktu” penyampaian pesan, penyampaian pesan harus dijadwalkan sesuai dengan kesibukan mereka, maksudnya adalah bahwa aktivitas komunikasi yang dilakukan untuk promosi kesehatan ini, jangan sampai mengganggu aktivitas hidup mereka yang penting. Hal ini untuk menghindari terjadinya “rasa terpaksa” hadir dalam aktivitas penyuluhan. Pesan-pesan promosi hendaknya disesuaikan dengan kemampuan mereka dalam hal waktu, biaya, tenaga ketika komunikan dituntut untuk melakukan/mempraktekkan isi pesan itu.
Pendekatan pembentukan kebiasaan, yaitu dengan aktivitas komunikasi penyuluhan yang dilakukan secara intensif dan kontinyuitas yang tinggi, diharapkan isi pesan dapat membentuk suatu kesadaran bahwa perilaku hidup sehat itu adalah suatu kebutuhan dan hal ini dilakukan atas inisiatif sendiri, dan bukan bukan karena atas suatu perintah atau di suruh orang lain. Dengan kata lain pendekatan ini diharapkan dapat membentuk dan membangun kesadaran pada masyarakat bahwa hidup sehat adalah suatu hal yang hakiki tanpa harus melalui perintah orang lain.
Pendekatan pengontrolan arus komunikan, pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui dan kemudian meminimalisir faktor-faktor yang dapat mengganggu munculnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Dengan kata lain harus diantisipasi apa kira-kira hal yang menjadikan aktivits promosi kesehatan tidak berjalan optimal atau bahkan gagal sama sekali, untuk kemudian dirumuskan langkah-langkah selanjutnya agar factor pengganggu itu dapat dihindari atau bahkan dihilangkan.
Pendekatan daya penarik massa, dimaksudkan dalam kegiatan komunikasi penyuluhan kesehatan hendaknya disajikan dengan menggunakan daya penarik berupa adanya “reward” atau ganjaran untuk komunikan, apabila dia melakukan/mempraktekkan isi pesan. Komunikator dituntut harus mampu menunjukkan keuntungan-keuntungan apa yang bakal diperoleh komunikan apabila mereka melaksanakan isi pesan. Keuntungan-keuntungan yang ditunjukkan hendaknya realistis dan tidak mengada-ada, untuk menghindarkan terjadinya kebohongan/penipuan. Sebab sekali masyarakat dikecewakan/dobohongi oleh suatu aktivitas komunikasi penyuluhan, maka akan sulit sekali unutk membangun keprcayaan dirinya lagi.
Untuk mempengaruhi agar terjadi perilaku massa, kaitannya dengan pelibatan massa dalam program kesehatan, maka diperlukan pengimplementasikan sebuah kegiatan komunikasi promosi kesehatan, dengan langkah-langkah operasional sebagai berikut:
• Dalam kegiatan penyuluhan, komunikator hendaknya memerankan diri sebagai fasilitator dan bukan sebagai guru, dengan cara ini diharapkan komunikator juga mau belajar dari pengalaman komunikannya, serta membeikan prakarsa-prakarsa yang lebih besar pada diri komunikannya.
• Harus disenergikan antara pengalaman dan pengetahuan tradisional yang produktif dengan pengetahuan dan pengalaman yang modern(inovatif) yang relevan dengan kondisi masyarakatnya. Dengan cara ini akan terjadi proses saling melengkapi dan menyempurnakan dalam kegiatan komunikasi kesehatan ini (Karsidi,2001).
Agar hal itu dapat terlaksana maka harus dilakukan tindakan-tindakan yang berupa :
1. Pengenalan masalah, kebutuhan dan potensi yang ada dalam masyarakat, dengan cara menggali informasi-informasi yang mengungkapkan kharaktristik dan potensi yang ada pada diri komunikannya.
2. Merumuskan suatu skala prioritas untuk dijadikan sebagai acuan tindakan dalam menangani permasalahan yang dihadapi itu.
3. mengidentifikasikan alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam bentuk diskusi-diskusi antara komunikator dan komunikannya(masyaarakat).
4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat berdasarkan kemampuan sumber daya komunikan dan kemudian kemudian mengenalkannya kepada komunikan(masyarakat).
5. Menyusun jadwal kegiatan yang konkrit, serta prsonil-personil yang akan bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan ini. Penyusunan jadwal kegaiatan ini harus melibatkan penyuluh dan komunikan guna diperoleh masukan-masukan untuk penyempurnaan dan ketepatannya.
6. Dilakukan pemantauan dan pengamatan kegiatan. Semua kegiatan yang telah dijadwalkan perlu dipantau secara berkelanjutan oleh komunikator(penyuluh) bersama sasaran penyuluhnya untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah di susun, jika menyimpang perlu tindakan-tindakan untuk meluruskannya lagi.
7. Evaluasi dan rencana tindak lanjut, setelah suatu tahapan kerja selesai maka, hasilnya di evaluasi, apakah hasilnya sudah sesuai dengan harapan atau belum (Karsidi,2001).
Jadi apabila sebuah kegiatan komunikasi massa dapat dilaksanakan dengan menggunakan rancangan strategis yang terukur serta dilakukan langkah-langkah operasional yang jelas, maka perubahan perilaku massa diharapkan efektif, dan terjadi perubahan perilaku yang lebih lama (permanen) dan tidak hanya didasarkan ikatan emosional serta primordialisme.
Implikasi pengaruh perilaku massa terhadap kesehatan dapat tercermin dari partisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan. Seperti program pemberantasan sarang nyamuk melalui program 3 M, partisipasi masyarakat dalam kegiatan PIN, program pencegahan anti merokok, program pemberantasan narkoba dan lain sebagainya.
Keberhasilan program promosi kesehatan dalam mempengaruhi perilaku massa, sangat tergantung dari kemampuan kita untuk membuat opini publik melalui berbagai media, baik media massa (cetak & elektronik), media tradisional, media pendidikan, seminar, advokasi dan lain-lainnya. Apabila opini publik sudah terbentuk, maka tugas kita adalah menggerakan atau memobilisasi masyarakat dan atau memberdayakan mereka melalui berbagai kegiatan program kesehatan.
Namun hal yang harus diingat dalam memanage perilaku massa ini, adalah sifat dari perilaku massa adalah instabil dan cenderung emosional, sehingga diperlukan penjagaan terhadap kondisi yang kondusif dan menyejukkan dalam rangka upaya mencapai tujuan. Yang penting lagi, adalah jangan sampai program kesehatan tersebut merugikan masyarakat, atau dalam pelaksanaannya massa dibohongi dengan berbagai ketidakjujuran, seperti kebohongan publik, pemerdayaan, korupsi, kolusi dan nepotisme yang sekarang menjadi sesuatu yang tabu di masyarakat.
Update : 14 Juli 2006

Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Sumber: J.N. Biraber, Majalah Ciba Review: Epidemiology, 1978.
SUMBER BACAAN
1. Baderel Munir. Dinamika Kelompok: Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Penerbit University Of Sriwijaya Press, Palembang, 2001
2. Soetarlinah Soekadji. Modifikasi Perilaku: Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Penerbit: Liberty, Yogyakarta, 1993.
3. Soekidjo N & Solita Sarwono. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit FKM UI, Jakarta, 1985.
4. Rika Subarniati, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Bagian Pnedidikan Kesehatan & Perilaku. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair, Surabaya. 1996.
5. WHO. Pendidikan Kesehatan: Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana, Bali, 1992.

Promosi Kesehatan "penyuluhan ttg KB"

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran pria dalam keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi masih rendah, hanya berkisar 1,1 persen, jauh dari target tahun 2001 sebesar 2,41 persen. Karena itu, perlu upaya sangat keras dari pelaksana program untuk mencapai target partisipasi pria menjadi delapan persen di akhir tahun 2004, dalam rangka mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Hal itu mengemuka dalam acara evaluasi pelaksanaan peningkatan partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi pekan ini.
Kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat, dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum penting dilakukan, menjadi penyebab rendahnya partisipasi pria. Demikian Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Khofifah Indar Parawansa. Masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dipandang sebagai tanggung jawab perempuan. Pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga mengenai KB masih relatif rendah. Selain itu, ada keterbatasan penerimaan dan aksesabilitas pelayanan kontrasepsi pria.
Pengetahuan rendah itu misalnya vasektomi, ditakutkan akan menyebabkan impoten. Sedangkan kondom dianggap mengurangi kenikmatan dalam hubungan seksual, merepotkan, dan dipersepsikan hanya untuk penderita atau mencegah penyakit kelamin dan HIV/AIDS saja.
Pendekatan yang diterapkan dalam meningkatkan peran pria dalam KB dan kesehatan reproduksi adalah menempatkan pria untuk memperoleh informasi yang benar.
Peran pria dalam KB antara lain sebagai peserta KB dan mendukung pasangan menggunakan alat kontrasepsi. Sedang dalam kesehatan reproduksi, antara lain membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil, merencanakan persalinan aman oleh tenaga medis, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, menjadi ayah yang bertanggung jawab, mencegah penularan penyakit menular seksual, menghindari kekerasan terhadap perempuan, serta tidak bias jender dalam menafsirkan kaidah agama.
Peningkatan partisipasi pria diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, mencegah dan menanggulangi infeksi saluran reproduksi serta penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah KB itu ?
2. Alat kontrasepsi apa saja yang digunakan dalam KB ?
3. Bagaimana cara pemakaian alat kontrasepsi ?
4. Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi?
5. Apakah keuntungan dan kerugian menggunakan KB ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum kami memilih KB sebagai Tugas Penyuluhan dalam Promosi Kesehatan untuk menambah pengetahuan dan referensi tentang alat kontrasepsi yang digunakan dalam KB dan mengajak orang-orang untuk menggunakan alat kontrasepsi dalam membatasi atau member jarak dalam kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian KB
b. Mengetahui alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan keinginan dalam KB
c. Mengetahui cara pemakaian alat kontrasepsi
d. Mengetahui cara kerja alat kontrasepsi
e. Mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan alat kontrasepsi dalam KB

D. Manfaat
Penulisan ini bermanfaat terutama bagi kami untuk menambah pengetahuan yang masih kurang dan mendapatkan informasi baru tentang apa yang belum kami ketahui selama ini. Selanjutnya memenuhi tugas Penyuluhan Promosi Kesehatan







BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana (KB) beserta definisinya :
1. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
2. Pemakai alat/cara KB adalah seseorang yang sedang atau pernah memakai alat/cara KB.
3. Pernah pemakai alat/cara KB (ever user) adalah seseorang yang pernah memakai alat/cara KB.
4. Pemakai alat/cara KB aktif (current user) adalah seseorang yang sedang memakai alat/cara KB.
5. Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran.
6. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) adalah persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.





BAB III
PEMBAHASAN

A. Alat-Alat Kontrasepsi
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Intra Uterine Device (IUD), nama popular: SPIRAL.
AKDR / IUD atau SPIRAL adalah :
1) Suatu benda kecil dari plastik yang lentur dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina
2) Kebanyakan punya lilitan tembaga (Copper, Cuprum, Cu),- IUD bentuk T dengan kawat tembaga tipis yang distabilkan dengan inti polyethylene. Dipasang selama akhir periode haid atau 1-2 hari pasca haid.
3) Kebanyakan mempunyai benang namun ada juga yang tidak berlogam; ada juga yang mengandung hormone

4) IUD yang mengandung levonorgestrel bisa digunakan untuk jangka waktu 3 atau 5 tahun. Kontrasepsi ini dipasang pada rongga rahim /subdermal antara hari pertama sampai dengan hari ke 7 siklus menstruasi. Juga dapat dipasang segera dalam 4 bulan pertama pasca aborsi. Pemasangan pasca melahirkan harus ditunda sampai dengan 6 minggu sesudah melahirkan.
b. Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1) Terutama mencegah pertemuan sel telur dan sperma
2) Membuat sperma sulit memasuki rahim
3) Mengurangi kemampuan sperma untuk membuahi telur, mungkin juga mengganggu implantasi telur pada rahim

a. Efektivitas IUD : IUD sangat efektif
1) Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun
2) Cu T 380A dapat untuk 8 tahun
3) Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun
4) Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

b. Keuntungan memakai IUD
1) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang
2) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (misalnya PIL)
3) Tidak mengganggu hubungan suami istri
4) Tidak ada efek samping hormonal
5) Tidak mengganggu laktasi (menyusui)
6) Tidak berinteraksi dengan obat-obatan
7) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran
9) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut / dibuka

c. Kekurangan IUD :
Efek sampingnya terhadap siklus haid (menstruasi) sering "mengejutkan", namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit. Perubahan pola haid biasanya pada tiga bulan pertama pemakaian yakni :
1) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
2) Perdarahan bercak (spotting) diantara siklus haid
3) Siklus menjadi lebih pendek
4) Kadang-kadang nyeri haid lebih dari biasanya
5) Perlu tenaga terlatih untuk memasang dan membukanya
6) Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi
Efek samping umum lainnya adalah :
1) Segera setelah pemasangan dapat terjadi rasa sakit perut/kram, dapat dihindarkan dengan konseling, relaksasi dan persiapan pemasangan
yang baik
2) Perdarahan segera setelah pemasangan; dapat berlangsung 3-5 hari

d. IUD dapat dipasangkan setiap saat, asal yakin sedang tidak hamil yakni :
1) 40 hari pasca salin
2) Segera setelah keguguran
3) Sedang haid
4) Menggantikan metoda KB lainnya


e. Yang tidak boleh memakai IUD :
1) Wanita yang mempunyai infeksi pelvis
2) Wanita yang sedang menderita Penyakit Hubungan Seksual (PHS, AIDS, Gonore,Klamidia)
3) Wanita dengan banyak partner selama 3 bulan terakhir
4) Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya(ovarium, endometrium)
5) Wanita dengan penyakit trofoblast ( Mola, Koriokarsinoma) atau TBC kandungan

f. Secara UMUM, kebanyakan wanita BOLEH memakai IUD meskipun:
1) Perokok berat
2) Menyusui
3) Gemuk atau kurus
4) Diabetes
5) Berpenyakit Liver/ Empedu / Pankreas
6) Berpenyakit Tiroid
7) Epilepsi
8) TBC (bukan TBC kandungan)
9) Varises
10) Hipertensi
11) Pasca operasi-operasi seperti apendiks, hamil diluar kandungan, dan lain-lain

g. Pemakai IUD (Akseptor IUD) harus datang untuk memeriksakan diri
(Follow up, Kunjungan Ulang) :
1) Bulan pasca pemasangan
2) Bulan kemudian
3) Setiap 6 bulan berikutnya
4) Bila terlambat haid 1 minggu
5) Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

B. Kontrasepsi Suntikan
a. KB suntik adalah :
1) Wanita yang ingin memakai KB suntik mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan.
2) Ada bermacam KB suntik yang dipasarkan di Indonesia yakni: Depo Provera (suntikan setiap 3 bulan sekali) ; Noristerat (suntikan setiap 2 bulan sekali) dan Cyclofem (suntikan 1 bulan sekali)
3) Disuntikkan di bokong, atau tempat lainnya.
Kontrasepsi suntikan yang banyak digunakan ialah medroksiprogesteron asetat 150 mg dalam bentuk depo (lepas lambat) dan kombinasi medroksiprogesteron asetat 50 mg dengan 10 mg estradiol cipionat. Kedua jenis kontrasepsi suntikan ini diberikan secara IM (intra muskular) dan harus cukup dalam, di daerah gluteus.Untuk jenis kontrasepsi suntikan medroksiprogesteron asetat 150 mg disuntikkan tiap12 minggu pada hari ke 1 sampai dengan hari ke 5 dalam siklus haid atau dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan. Sedangkan kombinasinya diberikan setiap 30 hari.
b. Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1) Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari indung telur
2) Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks)
3) Tidak dapat mengeluarkan/ menghentikan kehamilan yang sudah terjadi

c. Efektivitas KB suntik
Sangat efektif, kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0.3 kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian. ( 1 dari 333 pemakai masih bisa hamil)

d. Keuntungan memakai KB suntik :
1) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali
2) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
3) Tidak mengganggu hubungan suami istri
4) Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
5) Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas
6) Dapat dipakai segera setelah masa nifas
7) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
8) Dapat dipakai segera setelah keguguran
9) Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan
10) Membantu mencegah kanker endometrium (rahim)
11) Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)
12) Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)
13) Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi
14) Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.

e. Kekurangan KB suntikan
Kekurangan KB Suntikan: Efek sampingya terhadap siklus haid/menstruasi sering "tidak menyenangkan" , namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni :
1) Perdarahan bercak , dapat lama
2) Jarang terjadi perdarahan yang banyak
3) Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
4) Sering menaikkan Berat Badan
5) Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, "moodiness", jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.
6) Perlu suntikan ulangan teratur
7) Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi

f. Suntikan KB dapat mulai dipakai :
1) Sedang menstruasi ( sampai hari ke 7)
2) Bila tidak sedang menstruasi atau menstruasi hari ke 8 atau lebih, boleh disuntik, namun memakai perlindungan ganda (kondom) selama 2 X
24 jam.
3) Sedang menyusui ( segera setelah nifas, 6 minggu)
4) Bila tidak menyusui, berikan segera setelah nifas (6 minggu)
5) Tidak menyusui dan belum haid > 6 minggu, asal yakin tidak sedang hamil. atau berikan perlindungan ganda sampai haid lalu mulai suntikan.

g. Secara UMUM, kebanyakan wanita BOLEH memakai KB suntik, meskipun:
1) Perokok berat
2) Menyusui
3) Gemuk atau kurus
4) RemajaBaru keguguran
5) Berpenyakit Tiroid
6) Epilepsi
7) TBC (bukan TBC kandungan)
8) Varises ringan
9) Hipertensi ringan
10) Siklus haid tidak teratur
11) Anemi kekurangan zat besi

h. Akseptor suntik harus datang untuk kunjungan ulang (follow-up) :
1) Pada saat jadual ulangan penyuntikan (1 bulan untuk cyclofem, 2 bulan untuk noristerat dan 3 bulan untuk Depo provera)
2) Bila berhalangan, dapat datang sebelum waktu kunjungan berikutnya
3) Bila tidak dapat datang pada jadual berikutnya, pakai perlindungan ganda (kondom, spermisida, sampai bisa datang untuk suntikan


C.Kontrasepsi Oral (Pil KB)
a.Ada 4 pil KB / kontrasepsi oral :
1)Pil KB / kontrasepsi oral tipe kombinasi
Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya berisi progesterone. Bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim dan membuat kondisi rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.
Terdiri dari 21-22 pil KB / kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil KB / kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari.
Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil kb / kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat.
Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
2)Pil KB / kontrasepsi oral tipe sekuensial
Pil KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC) Mengandung 2 jenis hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Terdiri dari 14-15 pil KB / kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Mekanisme kerjanya untuk mencegah kehamilan adalah sebagai berikut:
a)Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur
b)Mengentalkan lendir leher rahim, sehingga menghalangi penetrasi sperma
c)Membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan menghidupi hasil pembuahan.

3) Pil KB / kontrasepsi oral tipe pil mini
Hanya berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi

4) Pil KB / kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after pil)
Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.

b. Pil KB / kontrasepsi oral di pasaran
Pada umumnya pil KB / kontrasepsi oral di pasaran terdiri dari 28 pil kontrasepsi, biasanya 7 diantaranya berisi plasebo (zat netral). Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan pemakaian pil KB / kontrasepsi oral.
Pil KB / kontrasepsi oral selain untuk mencegah kehamilan juga untuk mengatur haid agar teratur. Ada juga pil KB / kontrasepsi oral yang menggunakan bahan yang tidak menimbulkan efek samping berat badan naik, tulang keropos.
Pada produk tertentu pil KB / kontrasepsi oral juga menjanjikan kehalusan kulit pada pemakainya. Semua kembali kepada pilihan anda dan dokter yang menangani permasalahan ini.





D. Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Biasanya dibuat dari karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan suami-istri.
Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong.
Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Terlebih jika dipakai bersama dengan spermisida (pembunuh sperma). “Rata-rata, dari 100 pasangan dalam setahun, sekitar 4 wanita yang hamil.
Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi terhadap bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena bahannya yang sangat tipis.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah menciptakan produk-produk kondom jenis baru yang dapat meningktkan kepuasan seksual hubungan badan / intim suami istri. Kondom yang ada sekarang ini sangat bervariasi baik dalam segi bentuk maupun rasa. Dalam hal bentuk, kondok bisa berupa kondom biasa, bergerigi, bersungut, berambut, baggy, ekstension, dan sebagainya. Sedangkan dalam hal rasa, kondom dapat memiliki rasa buah-buahan, mint, dan lain-lain. Semua ini tida lain untuk memberikan variasi alternatif bagi pasangan pasutri agar tidak bosan dengan hubungan yang ada saat ini.
Kelebihan: Mudah dipakai, dapat mencegah penularan penyakit kelamin, membantu mencegah kanker leher rahim, hampir tidak ada efek samping.
Kekurangan: Bisa mengalami nyeri, panas, gatal, dan alergi.
Cara menggunakan kondom

Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.

Sobek pembuka kondom pada sisi pembungkus, jangan disobek mengarah ke dalam kondom (merobek ke arah tengah).

Udara yang masuk terjebak di dalam kondom dapat merusak kondom. Untuk menghindarinya, tekan pada ujung kondom dengan jari dan jempol, dan pasangkan kondom ke penis yang sedang ereksi. Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar.

Sambil menekan ujung kondom, gunakan tangan anda yang lain untuk membuka gulungan condom secara perlahan ke arah pangkal penis. Pastikan posisi kondom tidak berubah-ubah selama coitus, jika kondom menggulung lagi saat berhubungan, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.

Segera setelah ejakulasi, gengam penis saat masih ereksi, kemudian lepaskan kondom saat penis telah digenggam sepenuhnya. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan anda.

Buang kondom yang telah digunakan secara baik, bungkus kondom dengan tissue dan buang ke tempat sampah (jangan dibuang ke dalam toilet, dapat menyebabkan pemampatan saluran).


E. Susuk
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam setahun.
Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan, ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya dalam pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Intra Uterine Device (IUD), nama popular: SPIRAL. AKDR / IUD atau SPIRAL adalah : Suatu benda kecil dari plastik yang lentur dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina.
Kontrasepsi suntikan yang banyak digunakan ialah medroksiprogesteron asetat 150 mg dalam bentuk depo (lepas lambat) dan kombinasi medroksiprogesteron asetat 50 mg dengan 10 mg estradiol cipionat. Kedua jenis kontrasepsi suntikan ini diberikan secara IM (intra muskular) dan harus cukup dalam, di daerah gluteus.Untuk jenis kontrasepsi suntikan medroksiprogesteron asetat 150 mg disuntikkan tiap12 minggu pada hari ke 1 sampai dengan hari ke 5 dalam siklus haid atau dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan. Sedangkan kombinasinya diberikan setiap 30 hari.
Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu, kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI. Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Biasanya dibuat dari karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan suami-istri.
Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.

Kamis, 19 November 2009

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN


Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk menjajakan, memasarkan atau menjual yang bersifar persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

Promosi kesehatan telah banyak mengalami perubahan nama. Di Indonesia penggunaan istilah promosi kesehatan dipengaruhi oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.


Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social Marketing), Mobilisasi Sosial, dll.

Pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah Strategi atau Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (disingkat PHBS), sebagai bentuk operasional atau setidaknya sebagai embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan melalui serangkaian pertemuan baik internal Pusat Penyuluhan Kesehatan maupun external secara lintas program dan lintas sektor.


Pada tahun 1998, saat lahirnya semangat reformasi dengan pergantian pemerintahan, banyak sekali membawa perubahan fundamental dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sejak Presiden Soeharto lengser dan memperoleh wadahnya dalam sidang-sidang MPR, yang merupakan lembaga tertinggi negara. Akhirnya dilakukan amandemen terhadap UUD 1945, sesuatu yang “diharamkan” pada era sebelumnya. Amandemen tersebut bahkan dilakukan beberapa kali, antara lain menyangkut tentang penghapusan lembaga Dewan Pertimbangan Agung, dibentuknya Mahkamah Konstitusi, ada Dewan Perwakilan Daerah (DPD), pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI secara langsung oleh rakyat, dll.


Salah satu perubahan yang mendasar adalah bergantinya sistem pemerintahan sentralisasi menjadi desentralisasi, atau otonomi daerah. Semangat inilah yang mengilhami diundangkannya :
1. UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diberlakukan pada tahun 2001

Antisipasi yang di lakukan oleh Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi Kesehatan menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh Indonesia pada bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih sungguh-sungguh terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.

Demikian pula dengan tujuan yang sama beberapa kali pertemuan khusus juga digelar di daerah, paling tidak di beberapa propinsi, seperti Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Sumatera Barat, dll. Belum lagi panduan tertulis tentang penanganan program-program kesehatan termasuk promosi kesehatan di daerah.

Selanjutnya dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah, setelah dilakukan pembahasan dan sosialisasi dengan daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Stándar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Salah satu SPM bidang kesehatan tersebut adalah tentang Penyuluhan perilaku sehat, yang harus mencakup setidaknya: Rumah tangga sehat (65%) dan Desa Posyandu Purnama (40%). Selain itu juga ditetapkan bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang wajib dilakukan di Puskesmas.

Kurun waktu 2000 an ini juga merupakan era globalisasi. Batas-batas antar negara menjadi lebih longgar. Persoalan menjadi lebih terbuka. Berkaitan dengan era globalisasi ini dapat menimbulkan pengaruh baik positif maupun negatif. Di satu pihak arus informasi dan komunikasi mengalir sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Dunia menjadi lebih terpacu dan maju. Di pihak lain penyakit menular yang ada di satu negara dapat menyebar secara cepat ke negara lain apabila negara itu rentan atau rawan. Misalnya AIDS, masalah merokok, penyalahgunaan NAPZA, dll sudah menjadi persoalan dunia. Demikian pula budaya negatif di satu bangsa/negara dengan cepat juga dapat masuk dan mempengaruhi budaya bangsa/negara lain.

Sekarang ini Promosi Kesehatan (Health Promotion), merupakan Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau kebijakan) dan bina suasana (social suppoprt), khususnya untuk strata sekundair (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini).
Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di masyarakat melalui pendekatan edukatif ,promosi kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dll yang mengarah pada kawasan sehat seperti desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat, dll sampai ke Indonesia Sehat.
Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dll.
PROMOSI KESEHATAN MENURUT KELAS B
‘’Upaya usaha memasyarakatkan, memberitahukan, mengajarkan, menyebarluaskan dari individu maupun kelompok yang dilatarbelakangi dari lingkungan yang kurang baik menjadi lebih baik dan untuk menyadarkan masyarakat agar lebih mengerti dan memahami akan pentingnya hidup sehat baik berupa lisan maupun tertulis.’’